Translate

Rabu, 29 April 2015

Skripsi: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengelolaan Sampah Infeksius


ABSTRAK



          Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum, merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, gangguan kesehatan dan menjadi penyebab penularan penyakit.  RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sebagai penyedia pelayanan kesehatan dapat  dipastikan menghasilkan berbagai jenis limbah yang salah satunya adalah sampah infeksius. Volume sampah infeksius di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sebanyak 19.458 kg per tahun atau 40 – 80 kg per hari, dimusnakan dalam incinerator dengan suhu di atas 1000 oC.
Dalam pengelolaan sampah infeksius masih ditemukan 13,7% dari  22  tempat  sampah  infeksius  terdapat  sampah domestik, 77,3% dari 22 tempat sampah infeksius tercampur dengan sampah benda tajam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  pengelolaan  sampah infeksius di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2010.
          Dalam penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan menggunakan rancangan penelitian Cross sectional. Jumlah populasi 206 orang terdiri dari 194 perawat, dan petugas Sanitasi sebanyak 12 orang.  Jumlah sampel sebanyak   68 responden yang diambil dengan menggunakan rumus Taro Yamane dan jumlah sampel tiap ruangan ditentukan secara proportionate random sampling. Data yang diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji  Chi-square.
Dari hasil uji statistik didapatkan kebijakan baik 67,6%, hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P value 0,000 berarti  ada hubungan yang bermakna antara kebijakan dengan pengelolaan sampah infeksius. Pengetahuan baik 91,2%, hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P value 0,314 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pengelolaan sampah infeksius. Sarana dan prasarana baik 70,6%, hasil uji Chi-Square diperoleh nilai P value 0,000 berarti  ada hubungan  yang  bermakna antara sarana dan prasarana dengan pengelolaan sampah infeksius.
          Sehubungan dengan hasil penelitian ini diharapkan perlu meningkatkan/melengkapi kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan sampah infeksius, meningkatkan pengetahuan petugas dengan memberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan sampah infeksius dan bagi petugas yang berhubungan langsung dengan sampah infeksius disarankan untuk selalu menggunakan APD, bekerja sesuai SPO, selalu memperhatikan hygiene personil, kesehatan dan keselamatan kerja, pemeriksaan kesehatan secara berkala dan pemberian imunisasi.

Kata Kunci      : Sampah Infeksius
Daftar Bacaan : 27 (1999 – 2010 )










BAB I
PENDAHULUAN       
                                    
1.1    Latar Belakang
          Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, soaial, dan budaya bertujuan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seluruhnya.1  
          Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Oleh karena itu pemerintah menyelenggarakan kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan.2
          Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan  upaya kesehatan. Penyelenggaraan  pelayanan  kesehatan rumah
sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuaannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu.3 
          Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum, merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, gangguan kesehatan dan atau menjadi penyebab penularan penyakit. Sesuai tugas pokok dan fungsinya RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dalam kegiatan sehari-hari sebagai penyedia pelayanan kesehatan dalam upaya Preventif, Kuratif, Promotif, dan Rehabilitatif dapat  dipastikan menghasilkan berbagai jenis limbah yang salah satunya adalah sampah infeksius.
          Sampah di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon terdiri dari sampah medis dan sampah non medis, sampah medis terdiri dari sampah infeksius, sampah patologi, sampah benda tajam, sampah farmasi, sampah sitotoksis, sampah kimiawi, sampah radioaktif, sampah kontainer bertekanan dan sampah dengan kandungan logam berat yang tinggi, sedangkan sampah non medis terdiri dari sampah organik dan  anorganik.
          Sampah rumah sakit 23% terdiri dari sampah medis dan hampir 80% dari sampah medis adalah sampah infeksius. Dampak dari sampah infeksius bila tidak dikelola dengan baik dan benar akan menularkan berbagai penyakit dan tempat perkembangbiakan   vektor   penyakit  seperti  lalat,  kecoa,  nyamuk,  tikus,   juga
penyebab terjadinya pencemaran lingkungan yang berakibat pada penurunan derajat kesehatan masyarakat di sekitar rumah sakit, serta dapat menurunkan citra rumah sakit.4
          Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI melakukan pengkajian bersama Bali Fokus didukung WHO  tahun 2009 menggambarkan bahwa 6 rumah sakit (di Medan,Bandung dan Makasar) dan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi (MONEV) di 33 rumah sakit ( 13 Propinsi) sebagian rumah sakit 65% telah melakukan pemilahan antara limbah medis dan limbah domestik, tetapi masih sering terjadi salah tempat dalam pewadahannya dan 65% memiliki incinerator dengan suhu pembakaran antara 530 oC – 800 oC, dan yang berfungsi 75% dengan pengolahan abu belum dilakukan dengan baik.4   
          RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sebagai rumah sakit kelas B Pendidikan dengan kapasitas 305 tempat tidur, sesuai dengan laporan tahunan Instalasi Sanitasi Lingkungan  tahun 2009 volume sampah infeksius yang diolah sebanyak 19.458 kg per tahun dan rata-rata perharinya sebayak 40 – 80 kg dengan menghasilkan sisa abu pembakaran incinerator sebanyak 2.917 kg per tahun dan rata-rata perharinya 8 kg, sedangkan kapasitas mesin incinerator di RSUD Gunung  Jati  Kota  Cirebon  adalah  0,6 M3 dengan suhu pembakaran di atas 1000 oC.5 
          Dalam penanganan sampah infeksius harus dilakukan pengawasan dari tahap pemilahan, pewadahan, pengangkutan, pembakaran di incinerator hingga pengolahan   abu  sisa  pembakaran.  Berdasarkan   hasil  laporan  praktek   belajar
lapangan   mahasiswa   Politeknik Kesehatan Kemenkes  Bandung pada tanggal 10 - 22 Januari 2010 di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon ditemukan 13,7% (3 tempat  sampah  infeksius)  dari  22  tempat  sampah  infeksisus  terdapat  sampah
domestik, 77,3% (17 tempat sampah infeksius) dari 22 tempat sampah infeksius tercampur dengan sampah benda tajam, dan 100% dari 2 trolly pengangkut sampah infeksius hanya dibersikan tidak didesinfektan dahulu setelah dipakai.6
          Menurut Pedoman dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, beberapa hal yang berhubungan dengan keberhasilan dalam pengelolaan sampah infeksius rumah sakit yaitu: kebijakan Direktur rumah sakit, pengetahuan petugas yang menangani sampah infeksius, sarana dan prasarana penunjang pengelolaan sampah infeksius, dan  dana/biaya operasional pengolahan sampah infeksius.7
          Kebijakan merupakan dasar dalam pengelolaan sampah infeksius, untuk memperbaiki system pengelolaannya, kebijakan dan petunjuk teknis dalam penerapan peraturan tentang pengelolaan sampah infeksius, harus menerangkan dengan jelas aturan mengenai pemilahan, pewadahan, pengangkutan, pemusnahan, resiko, tanggung jawab, sumber daya, sarana dan fasilitas yang tersedia di rumah sakit tersebut.7
          Pengetahuan tentang pengelolaan sampah infeksius, resiko dan cara pencegahannya merupakan pengetahuan yang harus didapatkan semua petugas yang berhubungan dengan penanganan sampah infeksius di rumah sakit. Dengan demikian, dapat menyadarkan sikap petugas akan dampak serius yang mungkin muncul akibat pengelolaan sampah infeksius yang kurang baik.7  
          Sarana dan prasarana untuk kegiatan pengelolaan sampah infeksius harus sesuai dengan kebutuhan, baik kualitas maupun kuantitasnya, untuk mendukung  kelancaran proses pengelolaan sampah infeksius di rumah sakit, sehingga tercapainya kualias pengolahan sampah infeksius yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.7
          Hal  tersebut  di atas yang melatarbelakangi penulis  untuk  melakukan penelitian skripsi  dengan mengambil judul “ Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengelolaan Sampah Infeksius di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2010 ”.

1.2     Perumusan Masalah
          Berdasarkan hasil laporan praktek belajar lapangan  mahasiswa  Politeknik Kesehatan Kemenkes  Bandung pada tanggal 10 - 22 Januari 2010 di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon ditemukan 13,7% (3 tempat sampah infeksius) dari 22 tempat sampah infeksisus terdapat sampah domestik, 77,3% (17 tempat sampah infeksius) dari 22 tempat sampah infeksius tercampur dengan sampah benda tajam, dan 100% dari 2 trolly pengangkut sampah infeksius hanya dibersikan tidak didesinfektan dahulu setelah dipakai.  Jika keadaan ini tidak segera dilakukan pengelolaan sampah infeksius secara baik dan benar, maka dikuatirkan akan membawa dampak yang negatif terhadap kesehatan lingkungan di sekitar rumah sakit. Oleh karena itu rumusan dalam penelitian ini adalah : “ Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pengelolaan sampah infeksius di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2010” ?
1.3     Tujuan
1.3.1  Tujuan Umum
           Untuk  mengetahui  faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  pengelolaan   
           sampah infeksius di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2010.
1.3.2  Tujuan Khusus
1.      Diketahui hubungan antara kebijakan dengan pengelolaan sampah infeksius di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2010,
2.      Diketahui  hubungan antara pengetahuan dengan pengelolaan  sampah infeksius di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2010.
3.      Diketahui hubungan antara sarana dan prasarana dengan pengelolaan sampah infeksius  di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2010.

1.4     Ruang Lingkup Penelitian
          Adapun ruang lingkup penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengelolaan  sampah infeksius di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2010, dalam penelitian ini dibatasi yaitu : kebijakan dalam pengelolaan sampah infeksius,  pengetahuan perawat (Paramedis) dan petugas lapangan sampah infeksius terhadap pengelolaan sampah infeksius, dan sarana dan prasarana penunjang pengelolaan sampah infeksius. Populasi dalam penelitian ini hanya  perawat (Paramedis)  yang bekerja di ruang perawatan sebanyak 194 orang dan Petugas Sanitasi sebanyak 12 orang,  sedangkan sampel yang diambil adalah perawat (Paramedis)  yang ada di kantor ruangan sebanyak 64 responden dari 14 ruangan, serta 4 responden petugas sampah infeksius Instalasi Sanitasi.